• Enter Slide 1 Title

    This is slide 1 description.

  • Enter Slide 2 Title

    This is slide 2 description.

  • Enter Slide 3 Title

    This is slide 3 description.

  • Enter Slide 4 Title

    This is slide 4 description.

  • Enter Slide 5 Title

    This is slide 5 description.

  • Enter Slide 6 Title

    This is slide 6 description.

  • Enter Slide 7 Title

    This is slide 7 description.

  • Enter Slide 8 Title

    This is slide 8 description.

  • Enter Slide 9 Title

    This is slide 9 description.

Kamis, 09 Februari 2012

Pahlawan Masa Kini, Tak Banyak Bicara, Buktikan Lewat Kerja

KOMPAS.COM
Selasa, 8 November 2011 | 02:17 WIB

Dua hari lagi, kita memperingati Hari Pahlawan guna mengenang jasa mereka, pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan Indonesia. Seiring dengan pergantian kondisi dan zaman, penyebutan seseorang sebagai pahlawan pun mengalami pembaruan.
Pahlawan masa kini bukan lagi mereka yang memanggul senjata dan berperang melawan agresor. Lalu, siapakah yang layak disebut pahlawan pada era kini?
Mahasiswa sebagai intelektual muda, calon pemimpin masa depan bangsa, memiliki berbagai pendapat. Sebagian dari mereka mengkritisi mudahnya menyebut seseorang sebagai pahlawan, padahal belum layak. Ini lebih karena adanya muatan politis.
Ada pula mahasiswa yang menyatakan, sulit memilih seseorang yang layak disebut pahlawan di tengah kondisi bangsa yang karut-marut ini.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Kristen Petra, Surabaya, Selviana Wijaya mengatakan, pahlawan adalah orang yang rela membagi waktu dan hidupnya untuk kepentingan bangsa.
Mahasiswi akuntansi pajak ini merasa kesulitan memberi contoh siapa anak muda yang layak disebut pahlawan. ”Bagiku, sebutan pahlawan merupakan sesuatu yang wow, sangat luar biasa, sehingga belum ada yang pantas bergelar itu,” katanya.
Bagaimana dengan pelajar dan mahasiswa yang berprestasi di bidang pelajaran atau membuat inovasi tertentu sehingga menorehkan nama baik Indonesia pada forum internasional?
”Mereka patut mendapat sebutan warga teladan, tetapi belum sampai pahlawan. Selain presiden pertama kita, Soekarno, orang yang layak mendapat sebutan pahlawan adalah Gus Dur (mantan Presiden Abdurrahman Wahid),” lanjutnya.
Kiprah Gus Dur dalam memperjuangkan penerimaan akan keberagaman, saling menghormati antargolongan dan umat beragama, membuat Selvi mengaguminya.
Inspirator
Anggota Komisi X DPR, Theresia Pardede, berpendapat, anak muda yang membuat terobosan, menyumbangkan talentanya guna membantu sesama, layak disebut pahlawan. Lima orang yang berbicara pada seminar memperingati Sumpah Pemuda di DPR, akhir Oktober lalu, selain inspirator, menurut dia, juga pahlawan masa kini.
Mereka adalah Nancy Margried yang bersama Yun Hariadi dan Muhammad Lukman (dari Bandung) membantu ratusan perajin batik lewat temuan peranti lunak (software) pembuat pola batik. Ada Nadya Saib, apoteker peneliti manfaat bunga mawar yang dibuat kosmetik dari bunga produksi petani bunga Lembang, Jawa Barat.
Nama lain adalah Dyan Nuraindya, penulis novel Dealova, yang membantu anak muda menulis dan mewujudkan perpustakaan. Ada lagi Frenia Nababan, penggiat program remaja dalam Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia.
Sementara Dindin Komarudin mendirikan Saung Inspirasi di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, wadah untuk membantu peternak dan anak-anak lewat menggambar, mengajari beternak lele, dan membuat kerajinan dari daun cemara. ”Saya hanya mengisi waktu luang di sela-sela kuliah,” kata mahasiswa perguruan tinggi swasta di Bandung yang juga pedagang kelontong di pasar ini.
Setia pada nilai
Jhoni Imron, mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jambi, punya pendapat berbeda. ”Tak elok dan tidak adil rasanya (juga terlalu sempit) jika kita menyebut gelar pahlawan hanya untuk orang-orang yang berjuang di bidang tertentu atau menekuni salah satu profesi,” katanya.
Menurut dia, selama seseorang setia terhadap nilai-nilai universal (kebenaran, kebaikan, dan kedamaian), dia layak disebut pahlawan. Tentu hal itu disertai tindakan nyata dalam kehidupannya sehari-hari.
Misalnya, pengusaha yang tak hanya memperhitungkan profit, tetapi juga kesejahteraan karyawan dan peduli lingkungan, pun bisa disebut pahlawan.
Demikian juga dengan jurnalis atau media massa. Selama mereka setia mengusung nilai-nilai moral, menyuarakan kebenaran, dan memberi ruang bagi kaum marjinal, itu berarti pahlawan.
Cinta bangsa
Arti pahlawan masa kini rupanya bisa multitafsir. Syafii Maarif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah sekaligus tokoh yang menjadi tempat banyak orang bertanya ini, pun tak menyebutkan dengan pasti kriteria pahlawan masa kini.
Namun, menurut Buya, panggilannya, pahlawan adalah orang yang sangat mencintai bangsa dan negaranya secara otentik. ”Itu filsafatnya. Ia juga orang yang memahami Indonesia secara utuh, mencintai Pancasila dan menjalankannya secara otentik. Memang klise, tapi itu mendasar sekali dan tak bisa bergeser,” tuturnya, pekan lalu, menjelang berangkat ke India.
Buya menyebut presiden dan wakil presiden pertama RI, Soekarno-Hatta sebagai sosok yang mencintai bangsanya. Mereka bahu-membahu membangun Indonesia walau sebenarnya keduanya berbeda pendapat.
”Keadaan sekarang ini tidak otentik, yang lebih banyak malah seremoninya,” kata Buya menyinggung kondisi bangsa kini.
”Gegap gempita di awal, seperti resuffle kabinet, tetapi perubahan besarnya mana?”
Soal pahlawan masa kini, Buya justru menggarisbawahi, betapa pun kecil sumbangan kita, asal melakukan sesuatu yang tulus sebagai bukti kecintaan kepada Indonesia, sosok itu layak disebut pahlawan.
”Anak muda bisa menjadi pahlawan lewat kemauan dan kemampuannya terus berkarya bagi bangsa. Tetapi, ingatlah, jangan sampai ketularan ’pendahulunya’ (korupsi),” katanya.
Kondisi bangsa Indonesia diakuinya semakin sulit karena berbagai situasi. Bidang ekonomi, misalnya, hanya dikuasai golongan elite tertentu. Sementara petani dan pedagang kecil yang menjadi penyelamat bangsa terabaikan.
”Kelompok yang memberi pertolongan itu setelah ’badai’ berlalu malah dilupakan. Ini logika imoral dalam sejarah negara kita,” ujar Buya.
Pahlawan masa kini yang dia harapkan muncul adalah mereka yang mengenali secara baik dan tulus mencintai bangsa Indonesia. Mereka yang terus-menerus membangun bangsa ini menjadi bangsa bermartabat dan berdaulat di atas kaki sendiri.
”Tanpa ia mengenali secara utuh dan baik bangsa ini, ia akan ’gagap’ ketika ’berbicara’,” ungkapnya.
Jelaslah, pahlawan masa kini adalah setiap orang yang mencintai bangsa Indonesia yang penuh keragaman dan kaya potensi serta mau bekerja keras untuk memberikan yang terbaik bagi bangsanya.
(SOELASTRI SOEKIRNO)

http://nasional.kompas.com/read/2011/11/08/02174079/Pahlawan.Masa.Kini.Tak.Banyak.Bicara.Buktikan.Lewat.Kerja 

SAUNG INSPIRASI

PENDAHULUAN

Visi   : Menciptakan sumber Inspirasi masyarakat
Misi  : Menumbuhkan pribadi kreatif, inovatif  dan mandiri
      
       A.   Latar Belakang

Perkembangan Negara Indonesia saat ini semakin dinamis, berbagai permasalahan dari mulai ekonomi, pendidikan, sosial hingga akhirnya menciptakan permasalahan pergeseran moral yang banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai globalisasi yang begitu cepat merasuk ke tanah air tercinta ini. Efek negatif dari perkembangan ini terus menjalar bahkan dikhawatirkan akan mulai mengakar sehingga hal tersebut akan menjadi budaya yang sesungguhnya hal tersebut sangat merugikan bagi perkembangan masyarakat.
Seiring dengan bertambahnya usia dunia ini, maka bertambah pula tantangan zaman yang kompleks yang akan dihadapi generasi muda, khususnya generasi muda yang ada di Indonesia. Namun tantangan zaman tersebut tentunya bukan sebuah hambatan atau kendala generasi muda untuk senantiasa memiliki kretifitas, khususnya bagi kami. Di zaman yang semakin kompleks ini, kreatifitas tentunya menjadi hal yang sangat mahal dan harus senantiasa dipertahankan serta dikembangkan dalam aspek kehidupan jiwa muda. Kreatitifitas pun tentunya akan hambar jika tidak dibarengi oleh jiwa imajinatif yang nantinya akan memunculkan jiwa inovatif.
Sebagai “Social Agent Of Changes”, tentunya seorang mahasiswa harus memiliki kepekaan yang kuat terhadap kondisi masyarakat sekitarnya. Masyarakat zaman sekarang dirasakan semakin heterogen. Dan tentunya untuk bersentuhan langsung dengan masyarakat tersebut, diperlukan jiwa-jiwa yang kreatif dan inovatif.
Dan akhirnya kami, dalam hal ini Saung Inspirasi, berusaha untuk dapat mewadahi jiwa muda yang memilki potensi untuk senantiasa mengembangkan sisi kreatif dan inovatif tersebut, yang nantinya berguna untuk diri sendiri khususnya dan masyarakat pada umumnya.

       B. Sejarah Berdirinya Saung Inspirasi

Saung Inspirasi ini dibangun dari alasan yang sangat sederhana, Berawal dari hobi Dindin Komarudin yang dibantu oleh orang tuanya (Yoyo Haryono) dan juga teman-teman kelompok ternaknya (Subur Ngadulur) dalam mengelola Hewan Ternak tersebut. Untuk menyalurkan hobinya tersebut, akhirnya sebidang tanah yang dimilikinya dan lumbayan cukup luas dia gunakan sebagai tempat ternak. Saat ini ada beberapa jenis hewan ternak yang di kelola, diantaranya, domba, bebek, kelinci, ayam, Ikan lele, ikan patin, ikan hias, burung dan angsa. Kemudian disalah satu sudut di bangun “saung“ yang maksudnya digunakan sebagai tempat istirahat disela-sela mengurus ternaknya. Selain mengurus ternak, kegiatan sehari-harinya Dindin mengikuti studi disalah satu perguruan tinggi swasta dibandung. Hingga Dindin pun sering mengajak teman kuliahnya/ AMOG (sebuah nama bagi kumpulan temen-tennya itu sendiri) untuk berkumpul di saung tersebut. Hari demi hari, minggu demi minggu temen-temen kuliah makin banyak yang datang karena merasa betah untuk berdiam disana. Hingga akhirnya sudah menjadi kegiatan rutin dan bahkan memindahkan kegiatan kemahasiswaannya ke saung. Sehari-hari kegiatan disaung temen-temen banyak melakukan diskusi sambil “ngaliwet”. Karena Suasana yang akrab tersebut hingga memunculkan diskusi-diskusi tersebut banyak memunculkan ide-ide yang segar dan inspiratif. Maka mulai dari sana lah Dindin mencetuskan satu nama untuk perkumpulannya yaitu “Saung Inspirasi”. 

           Ide –ide yang muncul banyak berupa aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan, hiburan, teknologi, sosial, dan ekonomi. Maka dari situlah Dindin memutuskan untuk membuat saung tersebut menjadi base kegiatan-kegiatan yang berasal dari ide-ide tersebut. Banyak kegiatan yang sudah dilakukan di Saung tersebut. Diantaranya mengadakan diskusi-diskusi, membangun usaha interior design consultant, membuka usaha penjualan retail pulsa, tiket pesawat dan banyak lagi. Berbagai ide lain sedang di persiapkan, saat ini kami sedang berbenah mendesain lahan saung untuk menambah ruang perpustakaan, membangun beberapa saung lainnya untuk keperluan ruang membaca, pelatihan pendidikan keterampilan, diantaranya: Menggambar, Menulis, Matematika, Komputer, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Belajar membaca Al-Qur’an, Diskusi, seni dogdog (reog), kohkol dan kecapi suling
          
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                
C.   


    Blogger news

    Blogroll

    About